Kamis, 27 Mei 2010

tugas 2

Konfigurasi dan Instalasi TCP/IP Windows Server 2003

Di sini saya akan mendeskripsikan prosedur untuk menginstal dan mengonfigurasi TCP/IP Microsoft Windows Server 2003. Ikuti prosedur ini jika Anda sebelumnya tidak menginstal protocol jaringan TCP/IP pada komputer yang sedang Anda pakai untuk mengerjakan prosedur-prosedur latihan selama kursus ini.

1. Menginstal TCP/IP
TCP/IP dapat dipakai dalam lingkungan jaringan yang bervariasi mulai dari LAN yang kecil sampai Internet global. Ketika Anda mengoperasikan Windows 2003 Setup, TCP/IP diinstal sebagai default protocol jaringan bila suatu adapter jaringan dideteksi. Oleh karena itu, Anda hanya perlu menginstal protocol TCP/IP kalau default pilihan protocol TCP/IP ditindih selama proses setup atau Anda sudah menghapusnya dari suatu koneksi di dalam Network and Dial-Up Connections.

1.1. Menginstal Protocol TCP/IP
Pada latihan ini, Anda akan menginstal TCP/IP pada Local Area Network Connection in Network and Dial-Up Connections. Anda harus me-logon sebagai seorang administrator atau seorang anggota dari Administrator group agar mampu menyelesaikan latihan ini. Untuk menginstal TCP/IP pada koneksi jaringan area lokal
1.Klik Start
2.Klik Programs
3.Klik Connect To
4.Klik Show All Connections. Muncul kotak dialog Network And Dial-Up Connections
5.Klik kanan Local Area Connection
6.Klik Properties. Muncul kotak dialog Local Area Connection Properties
7.Klik Install. Muncul kotak dialog Select Network Component Type
8.Klik Protocol
9.Klik Add. Muncul kotak dialog Select Network Protocol
10.Klik Internet Protocol (TCP/IP)
11.Klik OK.
Protocol TCP/IP diinstal dan ditambahkan ke daftar Components di kotak dialog Local Area Connection Properties
12.Klik Yes apabila akan merestart komputer Anda.
13.Klik Close untuk menutupnya.

1.2. Mengonfigurasi TCP/IP
Jika Anda baru pertama kali mengimplementasikan TCP/IP pada jaringan Anda, maka Anda harus menyusun suatu rencana yang rinci untuk pengalamatan IP pada jaringan Anda. Skema pengalamatan jaringan TCP/IP Anda dapat mencantumkan entah alamat pribadi atau alamat umum. Anda dapat memakai entah alamat pribadi atau alamat umum bila jaringan Anda tidak dihubungkan ke Internet. Namun demikian, Anda kemungkinan besar akan mengim-plementasikan beberapa alamat IP umum untuk dukungan inter-konektivitas Internet. Hal ini karena device-device yang dihubungkan secara langsung ke Internet memerlukan suatu alamat IP umum. InterNIC memberikan alamat-alamat umum ke Internet Service Provider (ISP). ISP, pada gilirannya, memberikan alamat IP ke organisasi ketika konektivitas jaringan dibeli. Alamat IP yang diberikan melalui cara ini dijamin bersifat unik dan sudah diprogram ke router Internet agar lalu lintasnya mampu menjangkau host tujuan.
Selanjutnya, Anda dapat mengimplementasikan suatu skema peng-alamatan pribadi untuk melindungi alamat-alamat internal Anda dari sisa Internet dengan mengonfigurasi alamat-alamat pribadi pada semua komputer di jaringan (atau intranet) pribadi Anda. Alamat-alamat pribadi tidak dapat dijangkau di Internet karena alamat tersebut terpisah dari alamat-alamat umum dan alamat tersebut tidak tumpang tindih.
Anda dapat memberikan alamat IP di Windows 2003 secara dinamis dengan memakai Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP) dan Anda dapat mengalamatkan pemberian itu dengan memakai Automatic Private IP Addressing. Anda dapat juga mengonfigurasi TCP/IP secara manual. Anda mengonfigurasi TCP/IP pada sebuah komputer yang didasarkan pada fungsinya. Misalnya, server pada suatu hubungan server/client di dalam suatu organisasi mesti diberikan suatu alamat IP secara manual. Namun demikian, Anda dapat mengonfigurasi TCP/IP secara dinamis melalui server DHCP untuk mayoritas client di sebuah jaringan.

1.3. Konfigurasi Dinamis
Komputer-komputer dengan sistem operasi Microsoft Windows 2003 akan berusaha untuk memperoleh konfigurasi TCP/IP dari sebuah server DHCP pada jaringan Anda berdasarkan default seperti diuraikan pada Gambar 10. Jika suatu konfigurasi TCP/IP statis baru saja diimplementasikan pada sebuah komputer, maka Anda dapat mengimplementasikan suatu konfigurasi TCP/IP dinamis.

Untuk mengimplementasikan suatu konfigurasi TCP/IP dinamis:

1.Klik Start
2.Klik Programs
3.Klik Connect To
4.Klik Show All Connections
5.Klik kanan Local Area Connection
6.Klik Properties
7.Pada tab General klik Internet Protocol (TCP/IP)
8.Klik Properties. Untuk tipe-tipe koneksi yang lain, klik tab Networking
9.Klik Obtain An IP Address Automatically
10.Klik OK

1.4. Konfigurasi Statis
Beberapa server, misalnya DHCP, DNS, dan WINS, harus diberikan suatu alamat IP secara manual. Bila Anda tidak mempunyai sebuah server DHCP pada jaringan Anda, maka Anda harus mengonfigurasi komputer-komputer TCP/IP secara manual agar bisa memakai suatu alamat IP statis.
Untuk mengonfigurasi sebuah komputer TCP/IP agar memakai pengalamatan statis:

1.Klik Start
2.Klik Programs
3.Klik Connect To
4.Klik Show All Network Connections
5.Klik kanan Local Area Connection
6.Klik Properties
7.Pada tab General klik Internet Protocol (TCP/IP)
8.Klik Properties
9.Pilihlah Use the Following IP Address
10.Anda kemudian harus mengetik alamat IP, subnet mask, dan default gateway.
Kalau jaringan Anda mempunyai sebuah server DNS
11.Untuk mengatur komputer Anda agar memakai DNS
12.Pilihlah Use The Following DNS Server Addresses

Anda dapat mengonfigurasi juga alamat-alamat IP tambahan dan default gateway dengan melaksanakan prosedur di bawah ini.

Untuk mengonfigurasi alamat-alamat IP tambahan dan default gateway:

1.Di dalam kotak dialog Internet Protocol (TCP/IP) Properties, klik Advanced
2.Pada tab IP Settings di dalam IP Addresses, klik Add
3.Di dalam IP Address And Subnet Mask, ketiklah suatu alamat IP dan subnet mask, lalu klik Add
4.Ulangi langkah 2 dan langkah 3 untuk setiap alamat IP yang ingin Anda tambahkan,OK
5.Pada tab IP Settings di dalam Default Gateway, klik Add
6.Di dalam Gateway And Metric, ketiklah alamat IP dari default gateway dan metrik, lalu klik Add. Anda pun dapat mengetik sebuah angka metrik di dalam Interface Metric untuk mengonfigurasi metrik yang lazim bagi koneksi ini
7.Ulangi langkah-langkah 5 dan 6 untuk setiap alamat IP yang akan Anda tambahkan, lalu klik OK

2. Pemberian Alamat IP Pribadi yang Otomatis
Pilihan konfigurasi alamat TCP/IP yang lain adalah memakai Automatic Private IP Addressing saat DHCP tidak tersedia. Pada Windows versi-versi sebelumnya, konfigurasi alamat IP dapat dikerjakan entah secara manual ataupun secara dinamis melalui DHCP. Jika suatu client tidak mampu untuk memperoleh sebuah alamat IP dari sebuah server DHCP, maka layanan-layanan jaringan untuk client itu tidak tersedia. Fasilitas Automatic Private IP Addressing pada Windows 2003 mengotomatiskan proses pemberian suatu alamat IP yang tidak dipakai dalam situasi bahwa DHCP tidak tersedia.
Alamat Automatic Private IP Addressing dipilih dari blok alamat 169.254.0.0 yang disediakan Microsoft dengan subnet mask 255.255.0.0. Ketika fasilitas Automatic Private IP Addressing pada Windows 2003 dipakai, suatu alamat di dalam rangkaian pengalamatan IP yang disediakan Microsoft dari 169.254.0.1 sampai 169.254.255.254 diberikan ke client. Alamat IP yang diberikan akan dipakai sampai sebuah server DHCP diletakkan. Subnet mask 255.255.0.0 secara otomatis dipakai.

3. Menguji TCP/IP dengan Ipconfig dan PING
Anda harus selalu memverifikasi dan menguji konfigurasi TCP/IP Anda untuk memastikan komputer Anda dapat berhubungan ke jaringan dan host TCP/IP yang lain. Anda dapat mengerjakan pengujian konfigurasi TCP/IP yang mendasar dengan memakai utiliti Ipconfig dan utiliti PING.
Dengan Ipconfig, Anda memverifikasi parameter-parameter konfigurasi TCP/IP pada sebuah host, yang meliputi alamat IP, subnet mask, dan default gateway, dari command pormpt. Hal ini bermanfaat dalam menentukan apakah konfigurasi itu diinisialisasi atau sebuah alamat IP duplikat dikonfigurasi.

Untuk memakai Ipconfig dari command prompt:
1.Bukalah command prompt
2.Ketika command prompt ditayangkan, ketiklah Ipconfig/all, lalu tekan Enter.

Setelah Anda memverifikasi konfigurasi itu dengan utiliti Ipconfig, Anda dapat memakai utiliti PING untuk menguji konektivitas. Utiliti PING adalah suatu piranti diagnostik yang menguji konfigurasi-konfigurasi TCP/IP dan mendiagnosa kegagalan koneksi. PING memakai pesan-pesan Internet Control Message Protocol (ICMP) Echo Request and Echo Reply untuk menentukan apakah host TCP/IP tertentu tersedia dan fungsional. Seperti utiliti Ipconfig, utiliti PING dieksekusi pada command prompt. Command syntaxnya adalah:
•Ping IP_Address
•Jika PING sukses, maka muncul sebuah pesan .

4. Mengonfigurasi Filter-filter Paket
Anda dapat memakai penyaringan paket IP untuk memulai negosiasi-negosiasi keamanan bagi suatu komunikasi yang didasarkan pada sumber, tujuan, dan tipe lalu lintas IP. Hal ini memungkinkan Anda untuk menentukan pemicu lalu lintas IPX dan IP manakah yang akan diamankan, dihalangi, atau diizinkan untuk bisa melintas tanpa dilakukan penyaringan.
Misalnya, Anda dapat membatasi tipe akses yang diizinkan ke dan dari jaringan untuk membatasi lalu lintas ke sistem-sistem yang diinginkan. Anda harus memastikan bahwa Anda tidak mengon-figurasi filter-filter paket yang terlampau restriktif, yang mengganggu fungsionalitas protocol-protocol yang bermanfaat pada komputer. Misalnya, jika sebuah komputer yang sedang menjalankan Windows 2003 ternyata juga sedang mengoperasikan Internet Information Services (IIS) sebagai suatu server Web dan filter-filter paket sudah ditetapkan sehingga hanya lalu lintas berbasis Web yang diizinkan, maka Anda tidak dapat memakai PING (yang memakai ICMP Echo Requests and Echo Replies) untuk mengerjakan pencarian dan pemecahan kesulitan IP dasar.
Anda dapat mengonfigurasi protocol TCP/IP untuk menyaring paket-paket IP yang didasarkan pada:
•TCP port number
•UDP port number
•IP protocol number

5. Latihan Mengimplementasikan Filter-filter Paket IP
Pada latihan ini, Anda akan mengimplementasikan penyaringan paket TCP/IP pada sebuah komputer Windows Server 2003 untuk sebuah koneksi LAN.
Untuk mengimplementasikan penyaringan paket TCP/IP langkah yang harus Anda lakukan adalah sebagai berikut:
1.Klik Start
2.Klik Programs
3.Klik Connect To
4.Klik Show All Connections
5.Klik kanan Local Area Connection
6.Klik Properties. Muncul kotak dialog Local Area Connection Properties
7.Pilihlah Internet Protocol (TCP/IP), lalu klik Properties. Muncul kotak dialog Internet Protocol (TCP/IP) Properties
8.Klik Advanced. Muncul kotak dialog Advanced TCP/IP Settings
9.Klik tab Options, pilih TCP/IP Filtering
10.Klik Properties. Muncul kotak dialog TCP/IP Filtering
11.Klik Enable TCP/IP Filtering (All Adapters). Anda sekarang dapat menambahkan penyaringan protocol IP, UDP, dan TCP dengan mengklik pilihan Permit Only, lalu mengklik Add di bawah daftar TCP, UDP, or IP Protocols. Beberapa implementasi penyaringan TCP/IP yang dapat Anda pakai meliputi:
12.Mengaktifkan hanya TCP port 23, yang menyaring semua lalu lintas kecuali lalu lintas Telnet
13.Mengaktifkan hanya TCP port 80 pada suatu server yang ditujukan khusus untuk Web demi memproses hanya lalu lintas TCP berbasis Web
14.Klik OK beberapa kali untuk menutup semua kotak dialog yang terbuka

Selasa, 18 Mei 2010

pikiran

tugas pertama

Bottom of Form

Pendidikan Lingkungan Hidup

Manusia terdiri atas pikiran dan rasa dimana keduanya harus digunakan. Rasa menjadi penting digerakkan terlebih dahulu, karena seringkali dilupakan. Bagaimana memulai pendidikan lingkungan hidup? Pendidikan Lingkungan Hidup harus dimulai dari HATI. Tanpa sikap mental yang tepat, semua pengetahuan dan keterampilan yang diberikan hanya akan menjadi sampah semata.

Untuk membangkitkan kesadaran manusia terhadap lingkungan hidup di sekitarnya, proses yang paling penting dan harus dilakukan adalah dengan menyentuh hati. Jika proses penyadaran telah terjadi dan perubahan sikap dan pola pikir terhadap lingkungan telah terjadi, maka dapat dilakukan peningkatan pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan hidup, serta peningkatan keterampilan dalam mengelola lingkungan hidup

Ø Pendidikan Lingkungan Hidup: dalam buku catatan

Pada tahun 1986, pendidikan lingkungan hidup dan kependudukan dimasukkan ke dalam pendidikan formal dengan dibentuknya mata pelajaran ?Pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup (PKLH)?. Depdikbud merasa perlu untuk mulai mengintegrasikan PKLH ke dalam semua mata pelajaran

Pada jenjang pendidikan dasar dan menegah (menengah umum dan kejuruan), penyampaian mata ajar tentang masalah kependudukan dan lingkungan hidup secara integratif dituangkan dalam sistem kurikulum tahun 1984 dengan memasukkan masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup ke dalam hampir semua mata pelajaran. Sejak tahun 1989/1990 hingga saat ini berbagai pelatihan tentang lingkungan hidup telah diperkenalkan oleh Departemen Pendidikan Nasional bagi guru-guru SD, SMP dan SMA termasuk Sekolah Kejuruan.
Di tahun 1996 terbentuk Jaringan Pendidikan Lingkungan (JPL) antara LSM-LSM yang berminat dan menaruh perhatian terhadap pendidikan lingkungan. Hingga tahun 2004 tercatat 192 anggota JPL yang bergerak dalam pengembangan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan.

Selain itu, terbit Memorandum Bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 0142/U/1996 dan No Kep: 89/MENLH/5/1996 tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup, tanggal 21 Mei 1996. Sejalan dengan itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Depdikbud juga terus mendorong pengembangan dan pemantapan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah-sekolah antara lain melalui penataran guru, penggalakkan bulan bakti lingkungan, penyiapan Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) untuk Guru SD, SLTP, SMU dan SMK, program sekolah asri, dan lain-lain. Sementara itu, LSM maupun perguruan tinggi dalam mengembangkan pendidikan lingkungan hidup melalui kegiatan seminar, sararasehan, lokakarya, penataran guru, pengembangan sarana pendidikan seperti penyusunan modul-modul integrasi, buku-buku bacaan dan lain-lain.
Pada tanggal 5 Juli 2005, Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan SK bersama nomor: Kep No 07/MenLH/06/2005 No 05/VI/KB/2005 untuk pembinaan dan pengembangan pendidikan lingkungan hidup. Di dalam keputusan bersama ini, sangat ditekankan bahwa pendidikan lingkungan hidup dilakukan secara integrasi dengan mata ajaran yang telah ada.

Ø Pendidikan Lingkungan Hidup: bahan dasar yang dilupakan

Salah satu puncak perkembangan pendidikan lingkungan adalah dirumuskannya tujuan pendidikan lingkungan hidup menurut UNCED adalah sebagai berikut:

Pendidikan lingkungan Hidup (environmental education – EE) adalah suatu proses untuk membangun populasi manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan) dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama , baik secara individu maupun secara kolektif , untuk dapat memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah baru [UN - Tbilisi, Georgia - USSR (1977) dalam Unesco, (1978)]

PLH memasukkan aspek afektif yaitu tingkah laku, nilai dan komitmen yang diperlukan untuk membangun masyarakat yang berkelanjutan (sustainable). Pencapaian tujuan afektif ini biasanya sukar dilakukan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru perlu memasukkan metode-metode yang memungkinkan berlangsungnya klarifikasi dan internalisasi nilai-nilai. Dalam PLH perlu dimunculkan atau dijelaskan bahwa dalam kehidupan nyata memang selalu terdapat perbedaan nilai-nilai yang dianut oleh individu. Perbedaan nilai tersebut dapat mempersulit untuk derive the fact, serta dapat menimbulkan kontroversi/pertentangan pendapat. Oleh karena itu, PLH perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun ketrampilan yang dapat meningkatkan ?kemampuan memecahkan masalah?.

Beberapa ketrampilan yang diperlukan untuk memecahkan masalah adalah sebagai berikut ini.

  • Berkomunikasi: mendengarkan, berbicara di depan umum, menulis secara persuasive, desain grafis;
  • Investigasi (investigation): merancang survey, studi pustaka, melakukan wawancara, menganalisa data;
  • Ketrampilan bekerja dalam kelompok (group process): kepemimpinan, pengambilan keputusan dan kerjasama.

Pendidikan lingkungan hidup haruslah:

  1. Mempertimbangkan lingkungan sebagai suatu totalitas — alami dan buatan, bersifat teknologi dan sosial (ekonomi, politik, kultural, historis, moral, estetika);
  2. Merupakan suatu proses yang berjalan secara terus menerus dan sepanjang hidup, dimulai pada jaman pra sekolah, dan berlanjut ke tahap pendidikan formal maupun non formal;
  3. Mempunyai pendekatan yang sifatnya interdisipliner, dengan menarik/mengambil isi atau ciri spesifik dari masing-masing disiplin ilmu sehingga memungkinkan suatu pendekatan yang holistik dan perspektif yang seimbang.
  4. Meneliti (examine) issue lingkungan yang utama dari sudut pandang lokal, nasional, regional dan internasional, sehingga siswa dapat menerima insight mengenai kondisi lingkungan di wilayah geografis yang lain;
  5. Memberi tekanan pada situasi lingkungan saat ini dan situasi lingkungan yang potensial, dengan memasukkan pertimbangan perspektif historisnya;
  6. Mempromosikan nilai dan pentingnya kerjasama lokal, nasional dan internasional untuk mencegah dan memecahkan masalah-masalah lingkungan;
  7. Secara eksplisit mempertimbangkan/memperhitungkan aspek lingkungan dalam rencana pembangunan dan pertumbuhan;
  8. Memampukan peserta didik untuk mempunyai peran dalam merencanakan pengalaman belajar mereka, dan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan dan menerima konsekuensi dari keputusan tersebut;
  9. Menghubungkan (relate) kepekaan kepada lingkungan, pengetahuan, ketrampilan untuk memecahkan masalah dan klarifikasi nilai pada setiap tahap umur, tetapi bagi umur muda (tahun-tahun pertama) diberikan tekanan yang khusus terhadap kepekaan lingkungan terhadap lingkungan tempat mereka hidup;
  10. Membantu peserta didik untuk menemukan (discover), gejala-gejala dan penyebab dari masalah lingkungan;
  11. Memberi tekanan mengenai kompleksitas masalah lingkungan, sehingga diperlukan kemampuan untuk berfikir secara kritis dengan ketrampilan untuk memecahkan masalah.
  12. Memanfaatkan beraneka ragam situasi pembelajaran (learning environment) dan berbagai pendekatan dalam pembelajaran mengenai dan dari lingkungan dengan tekanan yang kuat pada kegiatan-kegiatan yang sifatnya praktis dan memberikan pengalaman secara langsung (first – hand experience).

Karena langsung mengkaji masalah yang nyata, PLH dapat mempermudah pencapaian ketrampilan tingkat tinggi (higher order skill) seperti :
1. berfikir kritis
2. berfikir kreatif
3. berfikir secara integratif
4. memecahkan masalah.

Persoalan lingkungan hidup merupakan persoalan yang bersifat sistemik, kompleks, serta memiliki cakupan yang luas. Oleh sebab itu, materi atau isu yang diangkat dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan lingkungan hidup juga sangat beragam. Sesuai dengan kesepakatan nasional tentang Pembangunan Berkelanjutan yang ditetapkan dalam Indonesian Summit on Sustainable Development (ISSD) di Yogyakarta pada tanggal 21 Januari 2004, telah ditetapkan 3 (tiga) pilar pembangunan berkelanjutan yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Ketiga pilar tersebut merupakan satu kesatuan yang bersifat saling ketergantungan dan saling memperkuat. Adapun inti dari masing-masing pilar adalah :

  1. Pilar Ekonomi: menekankan pada perubahan sistem ekonomi agar semakin ramah terhadap lingkungan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Isu atau materi yang berkaitan adalah: Pola konsumsi dan produksi, Teknologi bersih, Pendanaan/pembiayaan, Kemitraan usaha, Pertanian, Kehutanan, Perikanan, Pertambangan, Industri, dan Perdagangan
  2. Pilar Sosial: menekankan pada upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Isu atau materi yang berkaitan adalah: Kemiskinan, Kesehatan, Pendidikan, Kearifan/budaya lokal, Masyarakat pedesaan, Masyarakat perkotaan, Masyarakat terasing/terpencil, Kepemerintahan/kelembagaan yang baik, dan Hukum dan pengawasan
  3. Pilar Lingkungan: menekankan pada pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang berkelanjutan. Isu atau materi yang berkaitan adalah: Pengelolaan sumberdaya air, Pengelolaan sumberdaya lahan, Pengelolaan sumberdaya udara, Pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir, Energi dan sumberdaya mineral, Konservasi satwa/tumbuhan langka, Keanekaragaman hayati, dan Penataan ruang

Kesadaran subyektif dan kemampuan obyektif adalah suatu fungsi dialektis yang ajeg (constant) dalam diri manusia dalam hubungannya dengan kenyataan yang saling bertentangan yang harus dipahaminya. Memandang kedua fungsi ini tanpa dialektika semacam itu, bisa menjebak kita ke dalam kerancuan berfikir. Obyektivitas pada pengertian si penindas bisa saja berarti subyektivitas pada pengertian si tertindas, dan sebaliknya. Jadi hubungan dialek tersebut tidak berarti persoalan mana yang lebih benar atau yang lebih salah. Oleh karena itu, pendidikan harus melibatkan tiga unsur sekaligus dalam hubungan dialektisnya yang ajeg, yakni: Pengajar, Pelajar atau anak didik, dan Realitas dunia. Yang pertama dan kedua adalah subyek yang sadar (cognitive), sementara yang ketiga adalah obyek yang tersadari atau disadari (cognizable). Hubungan dialektis semacam inilah yang tidak terdapat pada sistem pendidikan mapan selama ini.

Dengan kata lain, langkah awal yang paling menentukan dalam upaya pendidikan pembebasannya Freire yakni suatu proses yang terus menerus, suatu ?commencement?, yang selalu ?mulai dan mulai lagi?, maka proses penyadaran akan selalu ada dan merupakan proses yang sebati (in erent) dalam keseluruhan proses pendidikan itu sendiri. Maka, proses penyadaran merupakan proses inti atau hakikat dari proses pendidikan itu sendiri. Dunia kesadaran seseorang memang tidak boleh berhenti, mandeg, ia senantiasa harus terus berproses, berkembang dan meluas, dari satu tahap ke tahap berikutnya, dari tingkat ?kesadaran naif? sampai ke tingkat ?kesadaran kritis?, sampai akhirnya mencapai tingkat kesadaran tertinggi dan terdalam, yakni ?kesadarannya kesadaran? (the consice of the consciousness).

Joseph Cornell, seorang pendidik alam (nature educator) yang terkenal dengan permainan di alam yang dikembangkannya sangat memahami psikologi ini. Sekitar tahun 1979 ia mengembangkan konsep belajar beralur (flow learning).
Berbagai kegiatan atau permainan disusun sedemikian rupa untuk menyingkronkan proses belajar di dalam pikiran, rasa, dan gerak. Ia merancang sedemikian rupa agar kondisi emosi anak dalam keadaan sebaik-baiknya pada saat menerima hal-hal yang penting dalam belajar.

Aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah:

  • Aspek afektif: perasaan nyaman, senang, bersemangat, kagum, puas, dan bangga
  • Aspek kognitif: proses pemahanan, dan menjaga keseimbangan aspek-aspek yang lain
  • Aspek sosial: perasaan diterima dalam kelompok
  • Aspek sensorik dan monotorik: bergerak dan merasakan melalui indera, melibatkan peserta sebanyak mungkin
  • Aspek lingkungan: suasanan ruang atau lingkungan

Ø Pendidikan Lingkungan Hidup: terjerumus di jurang pembebanan baru

Pendidikan saat ini telah menjadi sebuah industri. Bukan lagi sebagai sebuah upaya pembangkitan kesadaran kritis. Hal ini mengakibatkan terjadinya praktek jual-beli gelar, jual-beli ijasah hingga jual-beli nilai. Belum lagi diakibatkan kurangnya dukungan pemerintah terhadap kebutuhan tempat belajar, telah menjadikan tumbuhnya bisnis-bisnis pendidikan yang mau tidak mau semakin membuat rakyat yang tidak mampu semakin terpuruk. Pendidikan hanyalah bagi mereka yang telah memiliki ekonomi yang kuat, sedangkan bagi kalangan miskin, pendidikan hanyalah sebuah mimpi.

Dunia pendidikan sebagai ruang bagi peningkatan kapasitas anak bangsa haruslah dimulai dengan sebuah cara pandang bahwa pendidikan adalah bagian untuk mengembangkan potensi, daya pikir dan daya nalar serta pengembangan kreatifitas yang dimiliki. Sistem pendidikan yang mengebiri ketiga hal tersebut hanyalah akan menciptakan keterpurukan sumberdaya manusia yang dimiliki bangsa ini yang hanya akan menjadikan Indonesia tetap terjajah dan tetap di bawah ketiak bangsa asing.

Pada dua tahun terakhir, PLH di Kalimantan Timur sangatlah berjalan perlahan ditengah hiruk pikuk penghabisan kekayaan alam Kaltim. Inisiatif-inisiatif baru bermunculan. Kota Balikpapan memulai, dengan dibantu oleh Program Kerjasama Internasional, lahirlah kurikulum pendidikan kebersihan dan lingkungan yang menjadi salah satu muatan lokal. Diikuti kemudian oleh Kabupaten Nunukan. Sementara saat ini sedang dalam proses adalah Kota Samarinda, Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan. Kesemua wilayah ini terdorong ke arah ?jurang? hadirnya muatan lokal beraroma pendidikan lingkungan hidup.

Tak ada yang salah dengan muatan lokal. Namun sangat disayangkan dalam proses-proses yang dilakukan sangat meninggalkan prinsip-prinsip dari Pendidikan Lingkungan Hidup itu sendiri. Nuansa hasil yang berwujud (buku, modul, kurikulum), sangat terasa dalam setiap aktivitas pembuatannya. Perangkat-perangkat pendukung masih sangat jauh mengikutinya.

Pendidikan Lingkungan Hidup hari ini, bisa jadi mengulang pada kejadian beberapa tahun yang lalu, ketika PKLH mulai diluncurkan. Statis, monolitik, membunuh kreatifitas. Prasyarat yang belum mencukupi yang kemudian dipaksakan, berakhir pada frustasi berkelanjutan.

Sangat penting dipahami, bahwa pola Cara Belajar Siswa Aktif, Kurikulum Berbasis Kompetensi, dan berbagai teknologi pendidikan lainnya yang dikembangkan, kesemuanya bermuara pada kapasitas seorang guru. Kemampuan berekspresi dan berkreasi sangat dibutuhkan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Bila tidak, lupakanlah.

Demikian pula dengan PLH, sangat dibutuhkan kapasitas guru yang mampu membangitkan kesadaran kritis. Bukan sekedar untuk memicu kreatifitas siswa. Kesadaran kritis inilah yang akhirnya akan tereliminasi disaat PLH diperangkap dalam kurikulum muatan lokal. Siswa akan kembali berada dalam ruang statis, mengejar nilai semu, dan memperoleh pembebanan baru.

Ø Pendidikan Lingkungan Hidup: duduk, diam, dan bercerminlah

Sejak 2001, disaat pertama kali kawan-kawan pegiat PLH di Kaltim berkumpul, telah lahir berbagai gagasan dan agenda yang harus diselesaikan. Namun karena bukan menjadi PRIORITAS, maka hal ini menjadi bagian yang dilupakan.

Di tahun 2005 ini, geliat PLH masih bergerak-gerak ditempat. Bagi yang memiliki dana, muatan lokal menjadi sebuah pilihan, karena akan lebih mudah mengukur indikator keberhasilannya. Bagi yang tidak memiliki dana, mencoba tertatih-tatih di ruang sempit untuk tetap berjalan sesuai dengan cita-cita sebenarnya dari PLH, yaitu membangun generasi yang memiliki KESADARAN KRITIS sampai akhirnya mencapai tingkat kesadaran tertinggi dan terdalam, yakni ?KESADARANNYA KESADARAN?.

Kepentingan untuk PERCEPATAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP, haruslah dimaknai bukan untuk mengELIMINASI pondasi dasar PLH. Tidak kokohnya pondasi akan mengakibatkan kehancuran sebuah bangunan, semewah apapun ia. Kehausan akan target proyek, capaian indikator, pekerjaan, hanya akan menjadikan PLH sebagai sebuah obyek mainan baru, bukan lagi sebagai sebuah nilai yang sedang dibangun bagi generasi kemudian negeri ini.

BERCERMINLAH untuk sekedar meREFLEKSIkan diri. Ini yang penting dilakukan oleh pegiat PLH. Bukan untuk berlari mengejar ketertinggalan. Tidak harus cepat mencapai garis akhir. Berjalan perlahan dengan semangat kebersamaan akan lebih menghasilkan nilai yang tertancap pada ruang yang terdalam di diri. APAKAH YANG SEDANG KITA LAKUKAN HANYA AKAN MENJADI PEMBEBANAN BARU BAGI GENERASI KEMUDIAN?